1 Mart 2017 Çarşamba

DISKUSI INTELEKTUAL

Edisi ke IV
Oleh: Pelajar Nusantara


Diskusi bulanan biasa dilakukan oleh sekumpulan mahasiswa Universitas Suleyman Demirel yang berasal dari negara Asia Tenggara, terutama mereka yang dapat berbahasa Melayu atau bahasa Indonesia. Perkumpulan ini sudah mulai aktif sejak satu tahun 2016. Tepat di bulan Maret. Mahasiswa Ph.D bidang Filasafat Islam, Akhmad Rofii Dimyati, MA sebagai penggagas perkumpulan ini merangkul beberapa mahasiswa untuk ikut turut aktif dalam mengembangakan wawasan intelektual. Di awal, perkumpulan ini diberi nama ICSAST (Islamic Circule South East Asian Students in Turkey) seriring berjalannya waktu tanpa menghilangkan asas nama pertama perkumpulan ini, saat ini lebih dikenal akrab dengan Pelajar Nusantara Isparta. Begitulah sejarah singkatnya.

Dalam rangka melestarikan budaya literatur dan mahasiswa yang intelektual diskusi perkumpulan ini dilanjutkan setelah pernah berhenti sejenak. Di awal semester baru ini, Akhmad Rofii Dimyati, MA menyampaikan materi dengan tema “Syeikh Burhanpuri, kitab ‘Tuhfah’ dan Jaringan Ulama Nusantara.” Diskusi kali ini dilaksanakan di Umran Kultur Merkezi, salah satu NGo yang bergerak dalam berbagai bidang di kota Isparta khususnya.

Diskusi pada penghujung musim dingin ini berlalu hangat. Dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai ranah Nusantara, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Kamboja. Juga di acara pembukaan pembina NGo ini, Ramazan Tamer Buyukkupcu Hoca turut hadir dan memberikan kata sambutan. Sayang setelah menyeampaikan kata sambutan beliau harus meninggalkan ruang diskusi karena ada kesibukan lain.

“... Kita, ketika kita memiliki sebuah tanggung jawab, maka tanggung jawab itu wajib kita lakukan. Bagaimana seorang Ibu memiliki tanggung jawab menghidangkan makanan, seorang supir memiliki tangggung jawab untuk menjaga penumpangnya ...” Ujarnya di tengah kata sambutan.

Ridwan sebagai moderator, memandu acara dengan cukup baik. Tanpa berpanjang kata Ridwan menyerahkan hak bicara kepada pemateri inti setelah kata sambutan dari Ramazan Hoca.

“... Anda dalam jurusan apa saja, anda bisa menjadi baik dan menjadi buruk. Nah, apapun jurusan anda intinya adalah bagaimana meletekkan cara belajar. Yang terpenting dalam belajar adalah Niat kita...” mulai Akhmad Rofii Dimyati sebagai mukaddimahnya.

Buku Tuhfatul Mursalah ila Nabiyyil Mursalah adalah karya yang pertama dan fundamental dari Syeikh Muhammad Fadhulllah Burhanpuri. Buku ini memang karya yang singkat, tidak terlampau tebal dan hanya terkumpul dari beberapa halaman, seperti halnya sebuah risalah. Hingga, ada seorang pemikir barat yang mengatakan bahwa buku ini adalah Pocket Book.

Buku ini memang singkat, akan tetapi buku ini mengandung isi yang sangat berat dan dalam. Dilihat dari judul buku ini, ini adalah sebagai bentuk hadiah kepada nabi Muhammad SAW. Menurut ulama, buku ini juga ditulis saat Syeikh Burhanpuri menuntut ilmu dan mengajar di tanah suci. Karena dalam riwayat beliau menghabiskan hidupnya selama 12 tahun selama di tanah suci.

“Ada Sab’atu Martabat yang disebutkan dalam buku ini. Martabat itu adalah, Martabatu Ahadiyah, Martabatu Waidah, Martabatu Wahidiyah, Martabatu Arwah, Martabatu ‘Alamil Misal, Martabatu Jasmaniyah wa Nurawaniyah, Martabatu Li Jami’il Maratib. Kesemua martabat ini bermuara kepada Wahdatul Wujud dalam teori tasawwuf. Dan kitab ini kemudian sangat berpengaruh terhadap ulama – ulama yang ada di ranah Nusantara. Diantaranya yang kita kenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsuddin As Sumatarani dan Nuruddin Ar- Raniry.” Akhmad menjelaskan dengan semangat kepada peserta diskusi.

Diskusi berjalan dengan interaktif. Peserta diskusi juga mengajukan pertanyaan yang membuat pemateri semakin bertambah semangatnya. Komunikasi dua arah terjadi dengan sangat baik.

“ Bg, Apa bedanya Wihdatul Wujud dengan Wihdatul Syuhud?” Tanya Hanif penasaran.

Terakhir, sebelum acara ditutup Nukman menyerakan Certificate of Appreciation kepada pemateri.














Isparta(26/02).


kunjungi kami di:

Blog: pelajarnusantara32.blogspot.com
Facebook: https://www.facebook.com/pelajarnusantaraisparta/?fref=ts 
Instagram: @pelajar_nusantara_isparta 
Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCZRml9XfGTsL-3aBS6hBgeA


27 Şubat 2017 Pazartesi

THE TO DO LIST

Writer: Farah Sabrina (Bachelor candidate at SDÜ, Isparta)




Assalamualaikum friends!

Hope you are reading the post in the best of health and imaan insyaAllah. As per Adi Miftah’s request I’d be writing the post in English. So pardon my grammar and spelling mistakes I’ll be making since the keyboard I’m writing on is the Turkish Qwerty keyboard – where the ı and i are different letters and ğ, ü, ş, ç, ö takes the places of several punctuations marks such as the comma and period that I am used to type on growing up; the first living difference of surviving in a foreign country. You just have to adjust and move on. Okay maybe that was just an excuse made to cover up me slowly forgetting my command of English after five years speaking and learning Turkish.

Since there was no topic given to me and they said this was ‘up to me’, I’d like to share my version of the ultimate to-do-list before coming to study or teach in Turkey. Some are based on my own experiences and the rest are by witnessing some struggles of others.

There have been quite a number of exchange students this past year from Malaysia such as sister Mariah, an undergrad student from UIA, sisters Adibah and Ili Balqis, post graduate students from UPM here in the small and cute Isparta- the city of roses, thus the exchange students from nusantara  are all female students until now! Several numbers of lecturers from Malaysia and Indonesia have also been here under the Mevlana exchange program to share some of their knowledge with the staffs and students of Suleyman Demirel University. Since interest in this city has taken a perk lately, I’d like to address the ones who are thinking to do the same as these students.

Dear all the future upcoming student candidates of Isparta, please take note!

     1. Turkish Language

Guys, the language barrier here is real. From the first day you arrive in this city you will have to need help of an English speaking local or someone you can easily communicate in your own language who speaks Turkish. Road signs, street names, food menus –anything you can think of that has writings on it will be in Turkish. I can easily say that not even 5% of the people you meet on the streets speaks nor understands English fluently. They assume you speak their language straight away and will talk to you and ask questions in Turkish. Some are very helpful and will use any methods at hand such as Google translating their intentions and will try to help to solve your problems at hand. Some speaks slowly…. With a LOUD teacher-like voice trying to explain things for the second time. Okay maybe this helps after a B1 Turkish language certificate holder but totally not for those with zero command of Turkish!

My advice is try learning some basic common phrases that are a necessity before coming here – such as hellos, thank yous and goodbyes. Surely some effort will surely make the locals more interested in helping you with a smile.

  
   2. Cultural Differences

Brace yourselves because the cultural differences between here and you countries are obvious everywhere, from the way they talk and their sense of humor, the fashion style, their opinions on politics and sensitivity on some government issues, also their views on religions and identities. Anything and everything is a possible to happen here so brace yourself and don’t be too shocked if something contradicts your own personal views.

Experiencing Hari Raya, the Eids- Kurban and Ramazan bayramı-, and the fasting months for example, will be a whole new experience because us in the SEA celebrates the festive seasons differently.


     3, Comfortable Shoes

You will be walking a lot here in Isparta, without the comfort of your cars and reliable trains and buses back home. So please remember to bring comfortable shoes to walk in suitable to the season you’re going on. You wouldn’t want to have your sandals stuck in knee-length snow or slip on ice wearing your flip-flops.


     4. Health

The Turkish government requires health insurance coverage for someone applying for a residence permit here. So make sure you insure yourselves and buy a plan before coming here because the insurance plans here may cost a little more here.


     5. FOOD

Of course food is the most important of all. Please, please and please be prepared. The food here is totally different than those from home. There are no spices like chilli sauce, soy sauce and such used in their meals. And their meals are mostly tomato-based. Their breakfast set are stagnant, I mean standard. Bread, olives, cheese and tea; that is the basic set that any Ayşe, Ali or Ahmet  (okay lah I edit the names cause there are no Tom, Dick nor Harry here) eats. If your budget permits, I recommend renting an apartment and cook yourself with the ingredients you bring from home, all the rempah curry, kunyit and serai. Because there are no such ingredients sold here in Isparta. If not you will be staying in student hostels where cooking is totally not permitted. So pack yourselves some Asian snacks like seaweed and dried squids because some days you will be dreaming peeling off prawn shells and some days you be salivating in front of your computer screens watching food programs.

If any of you have any more questions regarding anything else I’ve forgotten to mention above please feel free to write me up! Also these advices are biased to my experiences and thoughts so I would like to apologize if there are any hard feelings! Peace and good luck :D



Visit us:

facebook :
https://www.facebook.com/pelajarnusantaraisparta/?fref=ts
https://www.facebook.com/farah.sabrina.10?ref=ts&fref=ts

Instagram :
@pelajar_nusantara_isparta

Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCZRml9XfGTsL-3aBS6hBgeA

13 Şubat 2017 Pazartesi

IMPIAN SUKA-SUKA

Penulis: Nukman Jurkapali (Bachelor candidate at SDÜ, Isparta)


“Setiap insan bernyawa meski harus memiliki impian” kata-kata yang diucapkan oleh seorang moderator dalam sebuah program ketika usiaku 18 tahun. Dia berkata kepada kami “Tuliskan apa impian kamu di sebuah kertas!!. Tulis apa-apa sahaja impian kamu yang kecil ataupun besar”.

Ketika itu aku menyadari bahawa ketika itu aku tidak ada sebarang impian dalam diri. Dan waktu itu aku dikelilingi orang-orang yang bijak dan pandai sampai aku mengatakan dalam diriku “apakah impianku sekarang? Bolehkah impian aku jadi kenyataan?”….
Sambil menunggu, kami mencatat impian-impian dilembaran kertas. Moderator program mula buka sebuah kisah, “Ada seorang lelaki dari negara eropa yang dahulunya ia tidak memiliki impian dalam hidupnya. Kemudian pada suatu hari ketika dia pulang ke rumah, dia memikirkan tentang hidupnya… “apakah impian aku?”. Lalu masuklah dia ke biliknya dan memandang meja belajarnya. Diatas mejanya itu ada selembar kertas. Kemudian duduknya dia dimeja belajar dan mengimbas kembali apa yang dikatakan oleh gurunya”.

“Jika ada impianmu walaupun kecil, tulislah dikertas..” terang moderator.

Bersambungnya lagi…. Bila lelaki itu teriangat kata-kata gurunya itu, bermulalah dia menulis impiannya. Impian lelaki itu lebih ada 200 impian dan dilihatnya impian yang ditulis itu hari-hari. Dan banyak impiannya adalah mengembara lebih 50 negara dalam hidupnya.

“kemudian nak tahu apa yang terjadi pada lelaki eropa itu?” Tanya moderator pada kami.

“dia telah mengembara lebih 45 negara sekarang ini dan hampir mencapai 200 impiannya itu. Dari seorang yang tidak ada impian sehingga menjadi orang yang hampir mencapai impiannya”. Tambah moderator.

Bila aku mendengar kisah lelaki itu, aku mula menulis impianku dari impian sekecilnya hingga sebesarnya dalam keadaan main-main. Seperti mesti pandai masak, pandai memandu kereta, berjalan-jalan didalam dan luar negara dan banyak lagi. Sambil gelak-gelak dan sampai impianku yang besar aku menulis…


“Saya ingin membuat grup resmi Pelajar Nusantara di Isparta ini. Adakah kamu semua setuju?” kata seorang pelajar doctor pada kami. Beliaulah yang paling berpengalaman diantara kami 8 orang. Beliau menunggu jawaban kami.

“Saya setuju” sahut salah seorang dari kami, seorang pemuda tahun 2 yang belajar dalam bidang ilahiyat (pengajian islam) di Universiti Suleyman Demirel.

“Ingat!! Bila dah resmi grup ini, adakah kamu sanggup korban masa kamu dan kurangnya tidur kamu nanti?” Pesan pelajar doctor itu lagi.

“Kami setuju” kata kami sepakat 8 orang.

Setelah habis meeting, aku dengan kawan-kawan nusantaraku mengingatkanku diantara impian besar yang ditulis pada 9 tahun dahulu ; “Bersatunya negara-negara Nusantara”. Tersenyumlah aku bersendirian berjalan pulang ke rumah sambil menikmati udara sejuk Isparta dengan mengenangkan kembali impian suka-sukaku.


Kunjungi kami di:
https://www.facebook.com/nukman.jurkapali?fref=ts

31 Ocak 2017 Salı

HAL UNIK DI SALAH SATU KAMPUS TURKI


Penulis : Adi Miftah (Bachelor candidate at SDÜ, Isparta)


Nasılsınız Arkadaşlarım! (Apa kabar teman-teman semua)

Pekan kali ini, saya akan sedikit bercerita mengenai segala hal yang ada di salah satu Kampus Turki yaitu Suleyman Demirel Üniversitesi. Kampus ini terletak di Provinsi Isparta, Provinsi yang dikenal sebagai penghasil dan pengolah Bunga Mawar di Turki.
Dua bulan lebih saya berada di Turki, namun banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Di sini saya dipertemukan dengan teman-teman dari penjuru dunia, dengan bahasa, karakter, budaya dan kebiasaan yang tentunya berbeda-beda. Kita sharing satu sama lain terkait isu ini dan itu, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Ada hal menarik yang menurut saya patut dishare ke teman-teman, barangkali bisa menjadi informasi bagi kalian yang ingin menempuh pendidikan di negeri Al-Fatih.
Mari kita lihat ada apa dan bagaimana sih di kampus Suleyman Demirel Universitesi ini?


1. Kütüphane (perpustakaan) buka 24 jam

Yup, kita bisa puas-puasan bergulat dengan berbagai buku yang ada di perpustakaan 24 jam non-stop. Bahkan menginap di perpus sekali pun tidak ada masalah, dan jangan khawatir ada makan gratisnya lho…


2. Makan Gratis di Kütüphane

Perpus menjadi salah satu objek tersibuk di lingkungan kampus, hampir tidak pernah kosong dari pengunjung. Maka dari itu, mulai jam 20.00 malam perpustakaan memfasilitasi siapa saja yang lembur di perpus dengan menyediakan makanan sederhana seperti Corba dan Ekmek (Roti) plus minuman teh manis untuk sekadar mengganjal perut di tengah peningnya pikiran kita setelah berjam-jam berhadapan dengan ribuan bacaan. Kita bisa ambil sepuasnya sambil ngobrol-ngobrol atau diskusi, tapi ingat jangan dibawa ke ruangan baca ya (nanti ada yang merasa terganggu)…!


3. Ketika di Kütüphane, Suasana sangat Hening

Konsentrasi memang menjadi komponen penting dalam proses belajar. Saat kita berada di Perpus, kita harus memerhatikan teman-teman yang lain jangan sampai ada yang terganggu. Di Perpus ini, suasana sangat hening sekali dan tidak ada yang berani bersuara kecuali dengan cara berbisik-bisik jika hendak bicara. Sejauh ini yang saya ketahui ada dua tempat di Turki dimana kita harus hening, yaitu di Cami (masjid) dan Kütüphane (Perpustakaan).


4. Ujian Final (Ulangan) Menjadi Momok yang Menegangkan bagi Para Mahasiswa

Sistem penilaian kampus yang sangat ketat terhadap hasil ulangan, menjadi salah satu motivasi para mahasiswa rajin mengunjungi perpustakaan, dan mempersiapkan ujian secara matang dari jauh hari. Biasanya, satu bulan sebelum ujian Kütüphane (Perpus), Çalışma Odası (ruangan belajar) di setiap asrama dipenuhi mahasiswa untuk belajar, bahkan kadang saya pribadi tidak kebagian tempat duduk ketika ingin belajar di perpustakaan.


5. Ujian Final di Kampus

Ketika ujian tiba, kita harus benar-benar dalam keadaan siap dan percaya diri. Tidak ada kesempatan toleh sana-sini, karena kamera ada dimana-mana. Jika ada saja mahasiswa ketahuan lirik sana-sini (mencontek), sanksinya pun tidak tanggung-tanggung yaitu diSkor selama 1 semester.
Itulah sekilas informasi dari kami, dan masih banyak lagi info lain yang akan kami share.

Semoga bermanfaat ya teman-teman.
Selamat berakhir pekan 

kunjungi juga :
https://beasiswaturki.wordpress.com/

20 Ocak 2017 Cuma

EMPAT REFERENSI PEMIKIRAN ISLAM




Judul : İslam Düşüncesi (Pemikiran Islam) Penulis : Salih Aydın Tebal : 4 jilid (jumlah halaman, I:251, II: 253, III: 211 dan IV: 367) Penerbit : Kulliyat Yayınları Tahun : 2016 Harga : 88.00 TL (± Rp 310.000)
Peresensi : Akhmad Rofii Damyati, MA (Ph.D candidate at SDÜ, Isparta)
Ada kekhawatiran yang begitu kuat di masyarakat kita, bahwa belajar filsafat Islam, ilmu Kalam, Tasawwuf bahkan al-Quran Hadis pun beserta disiplin-disiplin keislaman lainnya di Perguruan Tinggi kita cenderung membuat penggiatnya sesat pikir. Memang tidak sedikit pelajar dan sarjana Islam yang demikian dan kerap membuat geger percaturan inteletual kita. Mengapa terjadi seperti itu? Pasti di antara penyebabnya karena studi-studi keislaman disampaikan dengan cara tidak baik dan tidak berimbang. Dengan kata lain, mungkin perspektif studi-studi Islam tersebut berasal dari satu arus cara pandang (worldview) tertentu, baik karena terlalu bebas atau terlalu sempit. Terlalu bebas maksudnya seperti yang ditempuh kaum liberalis, pluralis dan sekularis yang arus perspetif berpikirnya sangat Barat. Terlalu sempit maksudnya, gaya studinya menganut metodologi kaum ekstremis Islam yang less methodic dan terlalu tekstualis. Dampaknya, studi-studi keislaman cenderung dihindari dan lebih memilih studi ilmu-ilmu sains, sebagaimana kita lihat di kampus-kampus kita saat ini. Apa akar persoalannya? Salah satu yang mendasar adalah karena studi-studi keislaman kurang diramu secara komprehensif dan berimbang. Untuk itu, buku yang disajikan oleh Salih Aydin dengan tajuk Islam Düşüncesi (Pemikiran Islam) ini menawarkan jawaban atas kegundahan dan kekhawatiran masyarakat seperti di atas. Mengapa? Karena buku ini merangkumi seluruh sumbu-sumbu pemikiran Islam, sehingga lajur-lajur pemikirannya tersajikan secara berimbang dan merata. Tidak sekedar itu, penulisnya juga kritis terhadap pemikiran-pemikira yang berpaksikan cara pandang asing (alien worldview). Ibarat merajut benang kusut, pemikiran Islam mempunyai tali-temili pemikiran yang cukup rumit, ujung-pangkalnya kerap kali susah ditangkap dan dirajut. Maka seorang intetelktual perlu dengan bijaksana merajutnya dalam satu formula khusus yang jitu untuk menyaring emas dan membuang sampah dari khazanah yang bertebaran sepanjang sejarah pemikiran Islam. Di sinilah cerdiknya penulis buku ini. Dengan mengambil empat sumbu utama pemikiran Islam (dört İslam düşüncesinin referansı), penulis berinisiatif untuk merajut seluruh disiplin-disiplin studi keislaman yang pernah lahir sepanjang sejarah keilmuan İslam. Empat sumbu tersebut ia sebut sebagai referensi utama pemikiran İslam, yaitu: (1) teks-teks syariat (şeriatın nasları) yang ia sebut sebagai referensi ilahi; (2) akal intelek (akıl bahs) yang ia sebut dengan referensi rasional; (3) intuisi (keşf atau zevk) yang ia sebut sebagai referensi intuitif; dan teks-teks filsafat (felsefi metinleri) yang ia sebut sebagai referensi manusiawi. Buku İslam Düşüncesi ini terdiri dari empat jilid. Setiap jilid adalah penjabaran dari empat referensi tersebut secara berurutan. Namun demikian, jilid pertama (setebal 251 hal.) penjelasannya hampir didominasi oleh pengantar kepada Pemikiran Islam, yaitu dari halaman 27-181. Pada pengantar ini, penulis memberi ulasan awal tentang lahirnya pemikiran Islam klasik dan berbagai faktor kemunculannya. Sebenarnya, jillid pertama ini adalah representasi dari penjelasan disiplin ilmu-ilmu berbasis syariat, karena syariat adalah referensi pertama dari Pemikiran Islam. Namun demikian, pengantar Pemikiran Islam di jilid pertama ini sepertinya mempunyai dua misi sekaligus. Pertama, memberi pengantar kepada empat referensi di atas. Kedua, membahas referensi yang pertama, yaitu syariat. Bukan secara kebetulan, pengantar pemikiran Islam pada jilid pertama ini sebetulnya merupakan ringkasan dari buku penulis yang sudah pernah terbit sebelumnya dengan judul Islam Düşüncesine Giriş (Istanbul: Ravza Yayınevi, 2008). Makanya ulasan pada pengantar Pemikiran Islam ini cukup panjang dan mendominasi jilid pertama buku ini. Sebagai referesnsi, syariat melahirkan ilmu-ilmu yang bergerak di seputar teks wahyu (vehiy). Jika referensi tidak dihubungkan dengan referensi yang lain, maka pengembangan studi pemikiran Islam akan berputar-putar di sekitar wilayah teks wahyu. Itulah yang melahirkan studi-studi al-Quran, studi-studi Hadis, studi-studi hukum dan hal-hal yang terkait dengannya. Bahkan, ada yang sebagian kalangan, saking asyiknya berputar-putar di wilyah teks, bahkan terkadang berlebihan memperlakukan teks, mereka kurang menerima terhadap referensi non-tekstual. Ini yang dibahas pada paruh akhir dari buku ini (dari hal. 83-228), dengan topik selefilik (ke-salafi-an), mulai dari definisinya, cakupan istilahnya, siapa itu salaf, karakteristiknya, analisa kritis terhadap salah kaprah penggunaan istilah “salaf” dan lain sebagainya. Sehigga, jilid pertama ini diberi sub judul oleh penulis dengan: İslam Düşüncesinin Yapısı ve Selefilik (formulasi Pemikiran Islam dan ke-salafi-an). Referensi kedua: akal. Sebagai sumbu pemikiran keislaman utama kedua dan masih terhubung secara langsung dengan teks-teks syariat, ia melahirkan ilmu-ilmu berbasis teologis, terutama ilmu Kalam. Pembahasan tema-tema teologis seperti munculnya sekte-sekte seperti Qadariyyah, Jabariyyah, Syiah, Murjiah, Mu’tazilah dan Ahlussunnah, serta beragam pemikiran yang menyertainya. Kalam juga mengalami corak yang bervariasi. Hal itu karena terkait dengan penggunaan metode dan referensi berpikir. Ada kalanya pembahasan teologis lebih sering menggunakan analisa teks syar’i, seperti pada ilmu Aqidah, ada juga yang mempertajam analisa akalnya, seperti pada penggunaan teori Atom untuk mempertahankann eksistesi Allah SWT. Semua itu sebelum berbenturan dengan referensi filsafat. Sebab dalam sejarahnya, eskalasi intelektual Islam lebih dulu ramai dengan ilmu Kalam ketimbang dengan filsafat, karena memang filsafat datang kemudian. Pembahasan mengenai semua hal tersebut dikupas pada jilid ke dua dari buku ini. Referensi ketiga: intuitif. Sebagai sumbu pemikiran keislaman utama ketiga dan masih bergubungan dengan teks-teks syariat, referensi ini melahirkan keilmuan-keilmuan mistis. Jika referensi mistis ini hubungannya dekat dengan teks-teks wahyu, isu-isu seputar zuhud, tazkitun-nafs, taubat dan lain sebagainya mendominasi bidang keilmuan tasawwuf model ini. Lebih dalam lagi dari itu, isu-isu tasawwuf beraroma kalam kita akan adapatkan pada tokoh besar dalam keilmuan tasawwuf, yaitu al-Ghazali, tokoh Sunni-Sufi yang fenomenal (Gazali-Sünni Tasavvuf). Lebih jauh lagi dalam mengeksplorasi isu-isu mistis ini, kita akan berjumpa dengan tokoh yang lebih fenomenal dan cukup kontroversial, yaitu Muhyiddin Ibn Arabi (İbn Arabi-Felsefesi Tasavvuf). Kalau tasawwuf al-Ghazali sedikit bercorak kalam, maka tasawwuf Ibn Arabi lebih bercorak fisafat. Dari kedua tokoh besar sufi ini tema-tema dalam tasawwuf, baik yang kalami ataupun yang falsafi seperti sudah tuntas terbahas dalam karya monumental mereka, seperti Ihya’ Ulumiddin dan Futuhat al-Makkiyyah. Pengaruh mistis kedua tokoh ini begitu kental di dunia dan terasa sampai ke alam Melayu dengan banyaknya karya-karya tasawwuf oleh ulama-ulama Melayu di masa silam dengan corak pemikiran al-Ghazai maupun Ibn Arabi. Semua diskursus tasawwuf tersebut secara generalnya tersajikan dalam jilid ketiga pada buku ini. Referensi keempat: Filsafat. Referensi keempat ini merupakan sumbu terakhir pemikiran Islam yang penulis sebut sebagai referensi manusiawi (beşeri referansı). Posisinya berjauhan dari syariat, bahkan kadang berhadapan secara diametral, melahirkan ilmu-ilmu filosofis. Karena memang lahirnya murni dari proses berpikir (Salt felsefe). Memang tema-tema dalam filsafat ada banyak kemiripan dengan tema-tema pada referensi-referensi lainnya, seperti tema tentang alam, manusia, bahkan Tuhan, namun semua itu berangkat dari kemampuan akal budi belaka. Sebab itulah, penulis menganggapnya sebagai referensi manusiawi. Ketika referensi ini berjumpa dengan tradisi pemikiran Islam, maka secara terpaksa mengalami modifikasi dan koreksi, yaitu ketika berinteraski langsung dengan referensi akal, intuisi, bahkan dengan syariat. Jika berdekatan dengan ilmu Kalam, yang merupan kombinasi akal dan syariat, maka akan kita jumpai Filsafat Islam seperti filosof Paripatetik (Meşşai) melalui tokoh-tokohnya seperti Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd. Jika berdekatan dengan referensi intuitif, maka corak filsafat terkoreksi dan termodifikasi kembali dan melahirkan corak filsafat yang irfani. Di sinilah Sihabuddin al-Syuhrawardi al-Maqtul mengambil posisinya. Walaupun membahas filsafat paripatetik, namun ia mengelaborasinya dengan rasa intuitif, seperti dalam karya Hikmah al-Isyraq-nya. Begitu juga Molla Sadra dengan karya al-Hikmah al-Muta’aliyyah-nya membahas filsafat di level intuisi. Penulis menyebut Suhrawardi dengan Filosof İsyraqi, sementara Molla Sadra disebutnya dengan Sufi Isyraqi. Jika filsafat langsung berhubungan dengan referensi pertama pemikiran Islam, yaitu syariat, maka lebih dahsyat lagi terkoreksinya dan menjadi filsafat yang semi teologis, seperti yang nampak dalam karya Maqasid al-Falasifah dan Tahafut al-Falasifah al-Ghazali. Begitu juga yang tampak dari corak harmonisasi antara filsafat dan syariat ala Ibn Rusyd seperti dalam karyanya Fashl al-Maqal fi ma Bayn al-Hikmah wa al-Shariah min al-Ittisal. Semua diskursus mengenai filsafat dengan berbagai coraknya tersebut akan kita dapati pada jilid keempat dari buku ini. Untuk pecinta buku-buku Pemikiran Islam, buku ini layak untuk dinikmati. Isinya cukup komprehensif. Hal itu karena empat referensi sebagai peta pemikiran yang sengaja dikonsep oleh penulis sangat cukup membantu menyisir semua diskursus keilmuan pemikiran Islam. Namun demikian, buku ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan. Sekedar menyebut contoh, pembahasan beberapa tokoh dan pemikiran tasawwuf Melayu terlihat kurang dalam dan minim referensi. Seperti ketika mengulas tentang Fadlullah al-Burhan Furi, salah satu rujukan ulama sufi Melayu, hanya diulas sepintas saja tanpa dilengkapi dengan referensi yang memadai. Namun demikian, secara keseluruhan, buku ini sudah semestinya menjadi koleksi bagi penggemar pemikiran Islam terutama di kampus-kampus berbasis Islam.

19 Ocak 2017 Perşembe

pelajar nusantara

Merhaba arkadaslar,

selamat datang diblog perkumpulan para pelajar nusantara yang sedang menempuh pendidikan di Isparta, salah satu kota yang terletak dibagian selatan Turki,

Diblog ini kawan-kawan sekalian bisa membaca karya-karya yang ditulis langsung oleh para pelajar disini yang datang dari berbagai negara loh,,, 
seperti dari Indonesia, Malaysia, Singapore dan juga Thailand.

Dijamin deh ga bakal bosen.....

Ikuti terus ya kami di
facebook   : https://www.facebook.com/Pelajar-Nusantara-Isparta-Turki-578116849055463/?fref=ts
Instagram  : Pelajarnusantaraisparta
subscribe youtube : pelajar nusantara